Kamis, 10 November 2016

PENULISAN 2 "MIX DESIGN"



PENULISAN 2
PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
NAMA : RAMA ADITAMA
KELAS : 2TA06
NPM : 15315617
Description: Logo_Gundar.png
Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan
Jurusan Teknik sipil







MIX DESIGN
1.    APA ITU MIX DESIGN?
Mix design adalah proses memilih bahan-bahan pembetonan yang tepat dan memutuskan jumlah/kuantitas ketergantungan dari bahan-bahan tersebut dengan mempertimbangkan syarat mutu beton, kekuatan (strength), ketahanan (durability) dan kemudahan pengerjaan (workability) serta nilai ekonomisnya. Proporsi bahan-bahan pembetonan tergantung pada dua kondisi, yaitu kondisi plastisitas dan kekerasannya. Apabila sifat plastisitas beton tidak bekerja, maka akan menyulitkan dalam proses pembetonan karena beton akan menjadi sulit dituangkan dan dipadatkan. Oleh karena itu kemudahan pengerjaan beton menjadi hal yang penting untuk diperhatikan.
Kuat tekan dari beton yang telah mengeras akan tergantung pada banyak faktor, antara lain: kualitas dan kuantitas semen, air dan agregat; proses pengadukan dan pencampuran, penempatan, pemadatan dan pengeringan. Biaya pembetonan terdiri dari biaya material-material yang digunakan, peralatan dan tenaga kerja yang diperlukan. Variasi biaya pembetonan terjadi karena beberapa faktor terutama pada kenyataan bahwa harga semen jauh lebih tinggi daripada harga agregat. Oleh karena itu analisis mix design bertujuan untuk menemukan kuantitas yang tepat yang sesuai dengan persyaratan struktural. Dari sudut pandang teknik, pencampuran yang banyak akan dapat menyebabkan penyusutan (shrinkage) dan keretakan (cracking) pada beton structural, dan hal ini tidak boleh terjadi melebihi batas-batas yang telah dipersyaratkan. Pencampuran yang tidak tepat juga bisa menyebabkan perubahan panas hidrasi dalam massa beton menjadi lebih tinggi yang bisa menyebabkan keretakan.
Biaya actual beton juga berkaitan dengan biaya material pembetonan yang memenuhi kekuatan minimum yang disebut dengan karakteristik kekuatan yang ditentukan oleh desainer bangunan. Hal ini akan bergantung pada ukuran-ukuran quality control (QC), yang juga menjadi biaya pembetonan. Biaya tenaga kerja bergantung pada kemudahan pengerjaan dari campuran beton, contohnya: sebuah campuran beton dengan tingkat kemudahan pengerjaan yang rendah akan membutuhkan biaya tenaga kerja yang lebih tinggi untuk dapat mencapai tingkat pemadatan dengan peralatan yang tersedia.
Jadi dengan kata lain, ada begitu banyak pengaruh tidak langsung dari perancangan campuran beton yang akan turut mempengaruhi besarnya biaya pembetonan. Campuran yang tepat yang telah memenuhi persyaratan struktural akan menjadi hal yang sangat penting dalam pembiayaan suatu proyek secara keseluruhan, karena biaya beton merupakan salah satu biaya material yang besar proporsinya.

2.            Persyaratan Perancangan Campuran Beton
Persyaratan dasar dalam memilih dan menentukan jumlah bahan campuran adalah:
a.       Kuat tekan minimum yang didapat dari pertimbangan structural
b.      Kemudahan pengerjaan yang dibutuhkan untuk pemadatan sesuai dengan peralatan pemadatan yang tersedia
c.         Faktor air-semen (fas) maksimum dan/atau kandungan semen maksimum untuk memberikan ketahanan yang cukup sesuai dengan kondisi-kondisi lokasi pengerjaan
d.      Kandungan semen maksimum untuk menghindari penyusutan, keretakan akibat siklus temperature dalam massa beton
Macam-macam tipe Mix Design
1. Nominal Mixes
Artinya adalah rasio campuran semen-agregat yang telah ditetapkan sebelumnya yang sesuai dengan speksifikasi beton. Tipe ini menawarkan kemudahan campuran (karena perbandingannya sudah ditetapkan sebelumnya sehingga tidak memerlukan analisis campuran) dan hanya berlaku pada kondisi-kondisi normal saja.
2. Standard mixes
Campuran nominal dari rasio semen-agregat yang telah ditetapkan (seperti yang diatas) akan memberikan hasil kekuatan yang sangat beragam dan bisa jadi memberikan hasil campuran yang terlalu sedikit atau terlalu banyak. Untuk alasan inilah kuat tekan minimum telah dijabarkan dalam banyak spesifikasi. Campuran dengan mempertimbangkan banyak spesifikasi teknis inilah yang disebut Standard Mixes.
IS 456-2000 telah memberikan campuran beton yang dituangkan dalam tingkatan angka seperti M10, M15, M20, M25, M30, M35 dan M40. Huruf M berarti Mix (campuran) dan angka mengacu pada kuat tekan beton pada hari ke 28 dalam N/mm2.
3. Designed Mixes
Dalam campuran tipe ini, desainer menentukan kinerja beton dan produsen beton menentukan proporsi campuran beton. Ini merupakan pendekatan yang paling rasional dalam memilih dan menentukan jumlah campuran beton tanpa meninggalkan karakteristik uniknya. Pendekatan ini memberikan hasil produksi beton yang sangat ekonomis.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Campuran Beton
Beragam faktor yang mempengaruhi perancangan campuran adalah:
1. Kuat Tekan
Ini adalah salah satu dari karakteristik beton yang paling penting dan mempengaruhi unsur-unsur beton lainnya. Kuat tekan rerata pada umur beton tertentu, biasanya 28 hari, menunjukkan nilai rasio air-semen dari campuran. Faktor lain yang mempengaruhi kekuatan beton adalah tingkat pemadatan.



2. Workability
Tingkat kemudahan pengerjaan bergantung pada tiga faktor, yaitu ukuran beton yang direncanakan, jumlah penulangan, dan metode pemadatan yang akan digunakan. Untuk ukuran yang sempit dan sulit dengan banyak sudut atau bagian-bagian yang sulit terjangkau, beton harus memiliki tingkat kemudahan pengerjaan yang tinggi sehingga pemadatan penuh dapat dicapai dengan usaha-usaha tertentu (seperti menggunakan bantuan alat vibrator dsb). Ini juga berlaku untuk jumlah tulangan dan peralatan pemadatan yang tersedia di lapangan.
3. Durability
Ketahanan beton yang dimaksud adalah ketahanan beton terhadap kondisi lingkungan agresifnya. Beton dengan kuat tekan tinggi biasanya lebih tahan lama dibandingkan dengan beton yang berkekuatan rendah. Pada situasi dimana kekuatan beton yang tinggi tidak terlalu diperlukan tetapi kondisi lingkungan yang mengharuskan beton memiliki ketahanan tinggi, maka persyaratan ketahanan akan menentukan rasio air-semen yang akan digunakan.
4. Ukuran Nominal Maksimum Agregat
Secara umum, semakin besar ukuran agregat, semakin sedikit semen yang dibutuhkan untuk rasio air-semen tertentu, karena tingkat kemudahan pengerjaan beton akan meningkat sebanding dengan semakin besarnya ukuran agregat. Akan tetapi, kuat tekan cenderung meningkat apabila ukuran agregat semakin kecil.
5. Grading and tipe of agregat
Kekasaran agregat turut mempengaruhi proporsi campuran. Semakin kasar agregat, semakin kuat ikatan antara agregat dengan semen. Tipe agregat juga mempengaruhi rasio agregat-semen. Satu hal yang penting dalam pencampuran beton adalah keseragaman ukuran agregat yang digunakan.
6. Quality Control
Kontrol terhadap kualitas dapat diperkirakan berdasarkan beberapa variasi hasil tes campuran beton. Variasi kekuatan beton disebabkan oleh variasi bahan campuran yang digunakan, kurangnya control dalam proses pengadukan, pencampuran, penuangan,  pengeringan dan pengetesan.
REFERENSI


Senin, 07 November 2016

PENULISAN 1 "SEPUTAR LAMPU LED"



       PENULISAN 1
PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
NAMA : RAMA ADITAMA
KELAS : 2TA06
NPM : 15315617
Description: Logo_Gundar.png
Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan
Jurusan Teknik sipil






Oke selamat pagi, semuanya kali ini saya akan membuat sebuah tulisan “seputar lampu led” untuk memenuhi kebutuhan tugas kuliah.
1.  APA ITU LAMPU LED?
Lampu LED adalah jenis lampu yang menggunakan teknologi LED atau Light Emitting Diode, yaitu semikonduktor yang bekerja mengubah energi listrik yang diterimanya menjadi cahaya.Teknologi LED akan terus dikembangkan karena lebih sesuai dengan kondisi saat ini. Bahkan di proyeksikan di masa datang lampu LED ini akan mendominasi jenis lamou yang ada.
2.  PENGERTIAN LED
Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen elektronika yang dapat memancarkan  cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor. Warna-warna Cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor yang dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada Remote Control TV ataupun Remote Control perangkat elektronik lainnya.
Bentuk LED mirip dengan sebuah bohlam (bola lampu) yang kecil dan dapat dipasangkan dengan mudah ke dalam berbagai perangkat elektronika. Berbeda dengan Lampu Pijar, LED tidak memerlukan pembakaran filamen sehingga tidak menimbulkan panas dalam menghasilkan cahaya.  Oleh karena itu, saat ini LED (Light Emitting Diode) yang bentuknya kecil telah banyak digunakan sebagai lampu penerang dalam LCD TV yang mengganti lampu tube.
3.  CARA KERJA LED
Seperti dikatakan sebelumnya, LED merupakan keluarga dari Dioda yang terbuat dari Semikonduktor. Cara kerjanya pun hampir sama dengan Dioda yang memiliki dua kutub yaitu kutub Positif (P) dan Kutub Negatif (N). LED hanya akan memancarkan cahaya apabila dialiri tegangan maju (bias forward) dari Anoda menuju ke Katoda.
LED terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping sehingga menciptakan junction P dan N. Yang dimaksud dengan proses doping dalam semikonduktor adalah proses untuk menambahkan ketidakmurnian (impurity) pada semikonduktor yang murni sehingga menghasilkan karakteristik kelistrikan yang diinginkan. Ketika LED dialiri tegangan maju atau bias forward yaitu dari Anoda (P) menuju ke Katoda (K), Kelebihan Elektron pada N-Type material akan berpindah ke wilayah yang kelebihan Hole (lubang) yaitu wilayah yang bermuatan positif (P-Type material). Saat Elektron berjumpa dengan Hole akan melepaskan photon dan memancarkan cahaya monokromatik (satu warna).
LED atau Light Emitting Diode yang memancarkan cahaya ketika dialiri tegangan maju ini juga dapat digolongkan sebagai Transduser yang dapat mengubah Energi Listrik menjadi Energi Cahaya.

4.  TEKNOLOGI LED
a.  Fungsi Fisikal
Sebuah LED adalah sejenis diode semikonduktor istimewa. Seperti sebuah diode normal, LED terdiri dari sebuah chip bahan semikonduktor yang diisi penuh, atau di-dop, dengan ketidakmurnian untuk menciptakan sebuah struktur yang disebut p-n junction. Pembawa-muatan - elektron dan lubang mengalir ke junction dari elektrode dengan voltase berbeda. Ketika elektron bertemu dengan lubang, dia jatuh ke tingkat energi yang lebih rendah, dan melepas energi dalam bentuk photon.
b.  Emisi Cahaya
Panjang gelombang dari cahaya yang dipancarkan, dan oleh karena itu warnanya, tergantung dari selisih pita energi dari bahan yang membentuk p-n junction. Sebuah diode normal, biasanya terbuat dari silikon atau germanium, memancarkan cahaya tampak inframerah dekat, tetapi bahan yang digunakan untuk sebuah LED memiliki selisih pita energi antara cahaya inframerah dekat, tampak, dan ultraungu dekat.
c.   Polarisasi
Tak seperti lampu pijar dan neon, LED mempunyai kecenderungan polarisasi. Chip LED mempunyai kutub positif dan negatif (p-n) dan hanya akan menyala bila diberikan arus maju. Ini dikarenakan LED terbuat dari bahan semikonduktor yang hanya akan mengizinkan arus listrik mengalir ke satu arah dan tidak ke arah sebaliknya. Bila LED diberikan arus terbalik, hanya akan ada sedikit arus yang melewati chip LED. Ini menyebabkan chip LED tidak akan mengeluarkan emisi cahaya.
Chip LED pada umumnya mempunyai tegangan rusak yang relatif rendah. Bila diberikan tegangan beberapa volt ke arah terbalik, biasanya sifat isolator searah LED akan jebol menyebabkan arus dapat mengalir ke arah sebaliknya.
d.  Tegangan Maju
Masing-masing Warna LED (Light Emitting Diode) memerlukan tegangan maju (Forward Bias) untuk dapat menyalakannya. Tegangan Maju untuk LED tersebut tergolong rendah sehingga memerlukan sebuah Resistor untuk membatasi Arus dan Tegangannya agar tidak merusak LED yang bersangkutan. Tegangan Maju biasanya dilambangkan dengan tanda VF.
Warna
Tegangan Maju @20mA
Infra Merah
1,2V
Merah
1,8V
Jingga
2,0V
Kuning
2,2V
Hijau
3,5V
Biru
3,6V
Putih
4,0V


e.   Sirkuit LED
Sirkuit LED dapat didesain dengan cara menyusun LED dalam posisi seri maupun paralel. Bila disusun secara seri, maka yang perlu diperhatikan adalah jumlah tegangan yang diperlukan seluruh LED dalam rangkaian tadi. Namun bila LED diletakkan dalam keadaan paralel, maka yang perlu diperhatikan adalah jumlah arus yang diperlukan seluruh LED dalam rangkaian ini.
Menyusun LED dalam rangkaian seri akan lebih sulit jika warna LED berbeda-beda, karena tiap warna LED yang berlainan mempunyai tegangan maju (Vf) yang berbeda. Perbedaan ini akan menyebabkan bila jumlah tegangan yang diberikan oleh sumber daya listrik tidak cukup untuk membangkitkan chip LED, maka beberapa LED akan tidak menyala. Sebaliknya, bila tegangan yang diberikan terlalu besar akan berakibat kerusakan pada LED yang mempunyai tegangan maju relatif rendah.
Pada umumnya, LED yang disusun secara seri harus mempunyai tegangan maju yang sama atau paling tidak tak berbeda jauh supaya rangkaian LED ini dapat bekerja secara baik. Jika LED digunakan untuk indikator pada voltase lebih tinggi dari operasinya, LED dapat dirangkai seri dengan resistor untuk menyesuaikan arus agar tidak melampaui batas arus maksimum LED, kalau arus maksimum terlampaui LED jadi rusak.
f.    Substrat LED
Pengembangan LED dimulai dengan alat inframerah dan merah dibuat dengan gallium arsenide. Perkembagan dalam ilmu material telah memungkinkan produksi alat dengan panjang gelombang yang lebih pendek, menghasilkan cahaya dengan warna bervariasi.
LED konvensional terbuat dari mineral inorganik yang bervariasi, menghasilkan warna sebagai berikut:
·  aluminium gallium arsenide (AlGaAs) - merah dan inframerah
·  gallium arsenide/phosphide (GaAsP) - merah, oranye-merah, oranye, dan kuning
·  gallium nitride (GaN) - hijau, hijau murni (atau hijau emerald), dan biru
·  gallium phosphide (GaP) - merah, kuning, dan hijau
·  zinc selenide (ZnSe) - biru
·  indium gallium nitride (InGaN) - hijau kebiruan dan biru
·  indium gallium aluminium phosphide - oranye-merah, oranye, kuning, dan hijau
·  silicon carbide (SiC) - biru
·  diamond (C) - ultraviolet
·  silicon (Si) - biru (dalam pengembangan)
·  sapphire (Al2O3) - biru



REFERENSI