Sabtu, 31 Desember 2016

PENULISAN 4 "KERUSAKAN JEMBATAN CISOMANG"



PENULISAN 4
PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
NAMA : RAMA ADITAMA
KELAS : 2TA06
NPM : 15315617
Description: Logo_Gundar.png


Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan
Jurusan Teknik sipil




KERUSAKAN JEMBATAN CISOMANG

Jika kita ingat dengan jembatan Cisomang pasti kita akan ingat dengan jembatan kereta api yang tertinggi di Indonesia yang masih aktif digunakan. Karena Pemerintah Republik Indonesia menganggap jembatan Cisomang lama sudah terlalu tua dan tidak layak lagi untuk terus digunakan untuk lalu lintas kereta api maka pada tahun 2000 mulai dibangun jembatan Cisomang baru sepanjang 243 meter yang dikerjakan oleh para ahli konstruksi jembatan kereta api dari Voesp MCE (Austria). Jembatan Cisomang baru juga sudah disiapkan untuk jalur ganda kereta api antara stasiun Cisomang dengan stasiun Cikadongdong
Tapi kali ini kita akan membahas jembatan cisomang yang merupakan bagian dari tol purbaleunyi (tepatnya Km.100+700) yang dibangun pada 2002. Jembatan ini melintas di atas Sungai Cisomang sepanjang 243 meter.
Kini jembatan cisomang mengalami kerusakan struktur pada pilarnya. Terdapat enam pilar menopang jembatan dengan 4 lajur kendaraan itu. Di antara pilar 2-pilar 3 terdapat pergeseran sampai 52 centimeter. Sementara pada pilar kelima terdapat celah siar muai 2 centimeter, begitu juga pada pilar 1 sekitar 1,5 centimeter.
Menurut Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa pergeseran Jembatan Cisomang yang berada di KM 100+700 jalan Tol Purbaleunyi terjadi karena akumulasi pergerakan tanah yang tipenya lambat. Sejak 2012 lalu, sudah terindikasi ada pergerakan tanah yang menyebabkan terjadi pergeseran 57 sentimeter pada pilar ke-2 dari 6 pilar penyangga jembatan bertipe portal (beam integral bridges) itu.
Demikian disampaikan Kepala Badan Geologi ESDM, Ego Syahrial, selesai melakukan peninjauan di lokasi Jembatan Cisomang, Darangdan, Kabupaten Purwakarta, pada Selasa 27 Desember 2016.
Berdasarkan penjelasan Ego, fondasi pilar ke-1 dan ke-2 Cisomang bertumpu pada tanah lapukan breksi vulkanik dan tanah lempung (liat). Dengan kondisi demikian, tanah mudah sekali mengalami swelling (penggembungan).
“Pilar ke-1 dan 2 bertumpu pada (tanah) lempung. Lempung sendiri mudah sekali swelling. Begitu curah hujan tinggi atau terkena air (sungai), kondisinya jadi mengembang. Artinya, (pilar) mudah tergelincir, apalagi berada dalam sudut miring. Seperti diketahui, sebelah timur Jembatan Cisomang, terjadi pergerakan tanah sejak lama. Hal itu mendorong terjadi pergeseran pilar,” tuturnya.
Ego mengungkapkan, pihaknya telah menurunkan tim tanggap darurat sejak 24-26 Desember 2016 lalu. Pihaknya menerjukan dua tim, yakni bidang mitigasi gerakan tanah dan geologi teknik. Kesimpulan yang didapat adalah apa yang terjadi di Cisomang merupakan akumulasi dari pergerakan tanah yang terjadi secara lambat. Akibatnya, terjadi pergeseran vertikal jembatan hingga 57 sentimeter. 
Meskipun dalam perhitungan para pakar dan Komisi Keamanan Jembatan Panjang dan Terowongan Jalan (KKJTJ), toleransi pergeseran adalah 71 sentimeter. Kendati masih di bawah range keselamatan toleransi, kata Ego, Jembatan Cisomang masuk dalam salah satu area zona merah pergerakan tanah. Sehingga, hingga kini sinyal-sinyal pergerakan tanah masih terjadi, meskipun dalam frekuensi yang kecil.
“Apa yang terjadi di Cisomang adalah akumulasi dari pergerakan tanah yang tipenya lambat. Saat Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) melalui KKJTJ menyampaikan ada pergeseran 57 sentimeter memang benar. Pergerakan yang terjadi memang sesuai dengan peta pergerakan tanah yang Badan Geologi keluarkan,” ucap Ego.
Hingga kini, kata Ego, para pakar masih melakukan investigasi awal. Untuk mengetahui seberapa dalam penyebaran dan karakteristik (pergerakan tanah) yang terjadi di Jembatan Cisomang.
“Ini baru investigasi awal, kami masih menggali sedalam apa penyebaran dan karakteristiknya. Sehingga soal mitigasi yang bisa kami sampaikan lebih tepat,” katanya.
Sementara Direktur Jembatan Hedy Rahadian menuturkan, saat ini semua pihak bersama melakukan langkah-langkah untuk menghentikan pergeseran jembatan yang terjadi pada bagian pilar. Langkah saat ini yang sedang ditempuh adalah memasang bore piles di samping pilar yang bergeser dengan kedalaman sekitar 40 meter
Begitu pula menurut Guru besar teknik sipil ITB Prof.Ir. Bambang Budiono, M.E., PhD menjelaskan, Jembatan Cisomang, Tol Cipularang memang perlu segera diperbaiki agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut.

“Itu memang harus dilakukan perbaikan,” ujar Bambang kepada tirto.id di Jakarta, Jumat (23/12/2016).

Bambang menuturkan, kerusakan yang terjadi di jembatan tol Cisomang terjadi akibat perubahan struktur tanah. Ia menerangkan, salah satu bagian tanah yang menjadi dasar pilar terdapat lapisan tanah planosol. Tanah tersebut bisa berubah menjadi lumpur apabila terkena air hujan. Tanah yang sebelumnya kuat untuk menahan pondasi jembatan justru tidak mampu menahan karena terjadi perubahan kontur tanah.

“Jadi tanah menggeser pondasi. Jadi pondasinya berkerak,” kata Bambang.

Bambang menambahkan, pergeseran tanah sebesar 1,2 cm membuat perubahan di beberapa bagian pilar. Tinggi pilar yang mencapai 40 meter itu membuat bagian atas bergeser hingga 52 cm. Oleh karena itu, pilar-pilar mengalami retakan yang tidak pendek ke atas.

Menurut Bambang, jembatan tersebut masih layak dan aman digunakan setelah diperbaiki. Meskipun pilar-pilar mengalami retakan maupun pergeseran tanah, pria yang juga ahli struktur ini optimistis jembatan tersebut masih bisa digunakan seperti sedia kala. Namun, semua itu perlu dikalkulasikan lebih jauh pada saat perbaikan sehingga jembatan masih bisa digunakan dengan baik.

Di saat yang sama, Bambang mengapresiasi PT Jasa Marga yang terus memantau keadaan jembatan Cisomang dengan baik. Jasa Marga mampu memelihara dan selalu memperhatikan keadaan tol dengan baik. Bambang mengaku, langkah koordinasi dan tindakan Jasa Marga kepada KemenPUPR sudah tepat dengan berusaha memperbaiki jembatan Cisomang agar bisa tetap digunakan.

Bambang pun kembali meyakinkan bahwa jembatan tersebut akan kembali sediakala. Ia menjelaskan, Indonesia mempunyai Komisi Keamanan Jalan dan Jembatan (KKJJ). Komisi tersebut tentu akan membuat langkah-langkah agar jembatan Cisomang dapat kembali digunakan seperti sediakala.

“Itu nanti kita bersama-sama perbaiki lagi. Jadi insya allah kita bisa mengatasi ini,” kata Bambang.


REFERENSI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar